Senin, 26 November 2012

11 jenis indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Feb 03, 2012
Sekarang ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham. Ke sebelas jenis indeks tersebut adalah:


1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini beberapa emiten tidak dimasukkan dalam perhitungan IHSG, misalnya emiten-emiten eks Bursa Efek Surabaya karena alasan tidak (atau belum ada) aktivitas transaksi sehingga belum tercipta harga di pasar.

2. Indeks Sektoral
Menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor.

3. Indeks LQ45
Menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

4. Jakarta Islamic Index (JII)
Menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbikan oleh Bapepam-LK) dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.

5. Indeks Kompas100
Menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
 
6. Indeks BISNIS-27
Menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia
 
7. Indeks PEFINDO25
Menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO
 
8. Indeks SRI-KEHATI
Menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan KEHATI.   

9. Indeks Papan Utama
Menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.

10. Indeks Papan Pengembangan
Menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan.

11. Indeks Individual
Yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.
Seluruh indeks yang terdapat di BEI menggunakan metode perhitungan yang sama, yaitu
metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat dan akan dibahas pada bagian
berikutnya. Perbedaan utama pada masing-masing indeks adalah jumlah emiten dan nilai dasar
yang digunakan untuk penghitungan indeks. Misalnya untuk Indeks LQ45 menggunakan 45
emiten untuk perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic Index (JII) menggunakan 30 emiten
untuk perhitungan indeks

Sumber : buku panduan Indeks 2010 BEI

Senin, 23 Juli 2012

Analis: Pekan depan IHSG perpotensi penuh tekanan

JAKARTA. Tekanan fundamental dan teknikal diprediksi menyurutkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ke depan. "Setelah pekan kemarin terkalkulasi naik 1,53%, IHSG sepanjang minggu kedepan diperkirakan melemah," kata Theoderus Praska Putrantyo, Analis Saham PT Infovesta Utama kepada KONTAN, Minggu (22/7).

Praska memprediksi, indeks terkoreksi dan bergerak di kisaran 4.004-4.128 untuk periode mingguan (23 Juli-27Juli). Kata Praska, pelemahan bisa terjadi jika data ekonomi Amerika Serikat (AS) berimbas dan menggiring bursa regional, termasuk IHSG. "Data-data negatif (AS) itu antara lain mengenai data penjualan ritel Juni dan data pengangguran," urai Praska.

IHSG memasuki fase koreksi

JAKARTA. Sejumlah analis menilai, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mulai memasuki fase koreksi. Analis Astronacci International Gema Goeyardi, misalnya. Dia berpendapat, fase koreksi yang terjadi akan mungkin dalam skala yang besar, setelah IHSG berhasil menyelesaikan fase kenaikannya yang terakhir. Target penurunan harga terdekat akan terletak pada kisaran 4.024-4.035, pada area gap yang telah terbentuk sebelumnya.

Saham second liner naik, blue chip malah koreksi

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertular gerak bursa regional ke jalur negatif. Pada awal pekan Senin (23/7) pukul 09.30 WIB, IHSG terpangkas 1,26% ke level 4.026,27. Sepuluh sektor kesemuanya terjebak di zona merah.
Sektor konstruksi melorot paling dalam sebesar 2,19%, disusul saham pertambangan yang merosot 1,82%.


Sebanyak 130 saham terkoreksi dan hanya 1 saham yang terlihat naik, sementara 27 saham lainnya masih stagnan.
Saham-saham berkapitalisasi besar yang menduduki posisi top losers antara lain saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) yang anjlok 2,86% ke Rp 15.300. Kemudian saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang turun 2,8% ke Rp 2.600. Saham Bank Mandiri (persero) tbk (BMRI) juga surut 2,6% ke Rp 7.500.

Ekonom ramal ekonomi China hanya tumbuh 7,4%

EIJING. Isu perlambatan perekonomian China sepertinya masih akan menjadi kecemasan pelaku pasar global. Kemarin (22/7), penasehat Bank Sentral China Song Guoqing memprediksi, tingkat pertumbuhan China akan melambat menjadi 7,4% pada kuartal III ini.

Selain itu, Song yang juga anggota akademisi komite kebijakan moneter People\'s Bank of China, juga mengingatkan penurunan harga produksi ditambah dengan tingkat inflasi konsumen yang tinggi akan memukul return perusahaan-perusahaan industri. Ujung-ujungnya, industri di China malas berekspansi.