Memilih Saham Unggulan
Setelah
rekening efek Anda siap dan Anda sudah bisa melakukan jual/beli saham,
maka bagian tersulit dari investasi saham adalah memilih jagoan yang
nantinya akan memberikan hasil terbaik bagi kita. Karena saham merupakan
tanda kepemilikan kita atas perusahaan, maka ada baiknya untuk berfikir
layaknya pemilik bisnis (business owner). Sebelum menentukan
perusahaan mana yang ingin dibeli, lakukan investigasi terlebih dahulu
terhadap fundamental perusahaan yang Anda incar.
Ada
ratusan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Anda
bisa memulai dengan menyortir perusahaan-perusahaan dengan bidang bisnis
yang Anda pahami atau perusahaan-perusahaan yang memiliki produk dan
jasa unggulan. Pilih perusahaan yang Anda perkirakan akan terus
bertumbuh selama 10, 20, 30 tahun ke depan. Selanjutnya, sortir berdasar
manajemen dan pemiliknya. Pilih perusahaan yang dikelola oleh tim
manajemen yang mumpuni. Hindari perusahaan yang punya tren “aneh”,
misalnya sebuah perusahaan batubara ketika harga komoditi batubara naik
namun harga sahamnya justru turun.
Ada
baiknya juga memilih perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah atau grup
bisnis yang terkenal profesional. Perusahaan yang dimiliki pemerintah
(BUMN) biasanya “dituntut” untuk profitable dan memberikan
sumbangan kepada negara melalui penerimaan dividen. Hindari perusahaan
yang dimiliki (dikelola) oleh grup-grup bisnis yang memiliki reputasi
kurang baik. Berhati-hatilah karena mereka tak jarang melakukan
manipulasi laporan keuangan atau melakukan trik financial engineering yang kasar.
Warren Buffett menyarankan untuk memilih perusahaan yang memiliki economic moats, atau keunggulan kompetitif yang sulit untuk ditiru oleh kompetitornya. Economic moats bisa berupa keunggulan dalam bentuk brand (kekuatan merk), cost (efisiensi biaya), switching (”kesulitan” untuk berpindah ke produk/jasa lain), atau protection (perlindungan berupa paten, hak pengelolaan, aturan pemerintah, dsb). Economic moats tersebut akan membuat customer rela membayar lebih tinggi. Oleh karenanya, perusahaan yang memiliki economic moats bagus akan lebih profitable dan tetap bisa bertumbuh—-sekalipun suku bunga atau harga-harga sedang naik.
Sebagian orang juga menyarankan untuk membeli perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar (bluechip) dan yang likuid serta sering dijualbelikan (LQ45). Perhatikan juga bila perusahaan tersebut berencana untuk membeli kembali (buyback) saham mereka. Biasanya itu merupakan pertanda saham mereka dihargai lebih murah dan punya prospek yang bagus di masa depan.
Masih
bingung juga? Mungkin Anda bisa sedikit “mencontek” portofolio dari
reksadana saham yang selama ini punya kinerja moncer. Isi perut
reksadana tersebut bisa dilihat dari laporan tahunan dan/atau prospektus
mereka. Anda bisa gunakan portofolio mereka sebagai guidance untuk
menyeleksi perusahaan yang akan menjadi tempat Anda berinvestasi.
Nah,
kalau Anda menyortir sekian ratus perusahaan yang listing di BEI, maka
sampai tahap ini pilihan yang tersisa mungkin tinggal 20-30 perusahaan
saja. Cari informasi lebih lengkap tentang kondisi sebenarnya perusahaan
tersebut, misalnya dari karyawan, klien, supplier, atau
akuntan yang mengaudit perusahaan tersebut. Bila ada waktu, kunjungi
perusahaannya supaya mendapat gambaran yang lebih lengkap. Kalau tidak,
berarti Anda harus “make sure” bahwa laporan keuangan sudah mencerminkan kondisi sesungguhnya dari perusahaan tersebut.
Baca
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang Anda
incar. Anda bisa menemukannya di sini, sini, dan sini. Alternatifnya,
Anda juga bisa men-download di situs web perusahaan yang bersangkutan.
Pilih perusahaan dengan return on equity
(ROE) lebih dari 15%. Hal ini menggambarkan bagaimana kemampuan
manajemen dalam mengelola modal yang dimilikinya. Kalau ROE hanya
berkisar 8-9%, maka berinvestasi di perusahaan tersebut sama saja dengan
menabung dalam bentuk deposito.
Selanjutnya, pilih perusahaan yang pertumbuhan laba (earning growth)
stabil berkisar antara 20% atau lebih. Pilih juga perusahaan yang
memiliki rasio utang terhadap modal yang relatif rendah dan rasio harga
per free cashflow rendah. Artinya, perusahaan bisa menghasilkan
kas dalam jumlah besar untuk membiayai operasional perusahaan dan
melakukan ekspansi tanpa perlu mengandalkan pinjaman dari luar yang
berbiaya tinggi. Rasio debt/capital yang rendah juga memungkinkan perusahaan menghasilkan cashflow yang lebih sehat dan tak terlalu sensitif dengan pergerakan suku bunga.
Sampai tahap ini, mungkin tinggal 10-15 perusahaan saja yang tersisa di tangan Anda.
Memprediksi Harga Wajar Saham
Asumsikan
Anda sudah menemukan 10-15 perusahaan terbaik menurut Anda. Lalu,
bagaimana cara untuk menentukan harga wajar saham tersebut? Pertama,
tentukan earning per share (EPS) dan tren pertumbuhannya untuk 5 tahun ke depan. Kalau pertumbuhannya di atas 15%, gunakan rate 15%; sementara bila pertumbuhannya di bawah 10%, gunakan rate 10%. Kalikan untuk melihat future value pada akhir tahun kelima.
Setelah menemukan EPS pada akhir tahun kelima, kalikan dengan price earning ratio
(PER) pada tahun tersebut. PER pada tahun tersebut dihitung dengan
aturan sederhana; bila PER kurang dari 20%, gunakan rate 12%; bila PER
lebih dari 20%, gunakan rate 17%. Selama ini, penelitian menunjukkan
sangat jarang perusahaan membukukan PER tinggi lebih dari 17% selama
bertahun-tahun. Setelah dikalikan, Anda akan menemukan perkiraan harga
saham pada akhir tahun kelima.
Selanjutnya, tentukan berapa value
sebenarnya saham tersebut. Caranya, tambahkan perkiraan harga saham
pada akhir tahun kelima dengan dividen yang diperoleh. Dividen dihitung
dengan menjumlahkan EPS selama lima tahun dikalikan dengan dividen payout ratio (DPR). Setelah ketemu fair value saham tersebut pada akhir tahun kelima, tinggal mendiskontokan ke nilai sekarang dengan target (hurdle rate) yang kita inginkan.
Perhatikan contoh berikut. Dengan menggunakan hurdle rate 15%, yaitu mengasumsikan saham perusahaan akan memberikan return 15% secara kontinu, saham TLKM bisa dibeli di bawah harga Rp 10.500. Sementara dengan hurdle rate 20%, saham TLKM harus dibeli di bawah harga Rp 8.500. Nah, bila harga saat ini Rp 9.700, kalau mengharap return setidaknya 15% per tahun, Anda boleh membeli sekarang. Namun, bila Anda mengharapkan return setidaknya 20%, Anda harus menunggu sampai harganya turun ke Rp 8.500.
Tentu saja perhitungan tersebut masih sangat kasar. Saya juga menghitung hanya dengan corat-coret. Selain itu, rate
yang saya gunakan sangat konservatif karena banyak dari saham tersebut
memiliki pertumbuhan EPS dan PER sangat tinggi. Bisa jadi, harga yang
nantinya terbentuk jauh melampaui perhitungan tersebut. Tapi setidaknya
simulasi di atas bisa jadi acuan untuk menaksir harga wajar suatu saham.
Setelah menemukan 5-7 saham terbaik yang memenuhi hurdle rate Anda dan diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya, buy as much as you can. Hold untuk waktu yang lama. Insya Allah 4-5 tahun investasi Anda mulai menunjukkan hasil.
Last but Not Least
Invest your time before invest your money. Sebelum terjun beneran, ada baiknya untuk meluangkan waktu belajar, membaca buku, mengikuti workshop,
dan menggali lebih banyak informasi lain.
Jangan lupakan juga aturan dasar dalam berinvestasi: beli perusahaan bagus dengan harga diskon. Don’t be afraid to wait. Cari timing
bagus yang memungkinkan Anda membeli di harga murah, misalnya
bulan-bulan Januari-Februari. Kalau Anda bisa membeli murah, walaupun
harga tidak naik, Anda tetap melakukan “best buying” dan tetap mendapatkan potensi keuntungan melalui dividen.
Bagaimana
dengan pergerakan naik turunnya harga? Saya sendiri tak terlalu
memedulikan. John Bogle, dalam tesisnya sewaktu masih di Princeton,
mengatakan bahwa dalam jangka pendek harga akan selalu bergerak
mengikuti psikologi dan sentimen pasar. Namun dalam jangka panjang,
harga akan mencerminkan fundamental perusahaan itu sendiri. Selama
tembakan kita jitu, dalam jangka panjang, ia akan memberi keuntungan
yang cukup lumayan buat kita. Jangan tergoda untuk keluar-masuk hanya
karena fluktuasi harga. Lebih baik Anda fokus pada pekerjaan lain atau
mencari penghasilan alternatif untuk diinvestasikan lagi ke portofolio
Anda.
Walau terdengar
klise, jangan lupa untuk selalu berdoa agar dibimbing dalam membuat
analisis dan keputusan investasi terbaik. Kalau investasi Anda sudah
sukses, jangan lupakan untuk sisihkan setidaknya 10% dari keuntungan
Anda buat mereka yang kurang beruntung. Kalau ada orang lain yang
tertarik mencoba mengikuti jejak Anda, jangan segan-segan untuk membagi ilmu dan pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar