Senin, 16 Juli 2012

CAR bank aman, waspadai kepemilikan obligasi

JAKARTA. Industri perbankan Indonesia masih leluasa dalam menyalurkan kredit karena rasio pemenuhan kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) terekam di atas ketentuan Bank Indonesia (BI) yang sebesar 8%.

Statistik Perbankan Indonesia (SPI) mencatat, per Mei 2012, CAR bank umum konvensional tercatat sebesar 17,87%. Angka itu berasal dari modal senilai Rp 463,1 triliun dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebesar Rp 2.591 triliun.


CAR tersebut memang sedikit tergerus dari bulan sebelumnya yakni 17,97%. Namun masih lebih tinggi dari posisi yang sama tahun 2011 di level 16,96%.
Berdasarkan uji ketahanan bank atau stress test, bank sentral menyimpulkan, bank yang memiliki surat berharga dalam jumlah besar lebih rentan mengalami penurunan rasio kecukupan modal (CAR). Sebaliknya, bank yang memiliki portofolio surat berharga sedikit, bakal lebih aman.
Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, melihat saat ini sebagian besar risiko perbankan dalam bentuk suku bunga, surat berharga dan nilai tukar. Dari ketiga kategori itu, risiko yang paling banyak menggerus modal bank adalah penurunan aset surat-surat berharga.

"Kami selalu memantau posisi CAR. Bila mendekati 8%, kami akan meminta mereka menambah modal, tetapi secara umum perbankan kita masih kuat," ujar Halim. Dalam stress test terbaru, penurunan aset Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 20% akan menurunkan CAR 1,36%. Bila penurunan aset sebesar 35%, CAR menyusut 2,38%.
Mengutip data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), per akhir Mei 2012, dari total jumlah Surat Utang Negara (SUN) yang dapat diperdagangkan senilai Rp 780,27 triliun, porsi perbankan adalah Rp 300,16 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar